Follow

Kamis, 19 Mei 2016

Mengembangkan Moralitas Dalam Perspektif Buddhis



Mengembangkan Moralitas Dalam Perspektif Buddhis
Mujiyanto
Abstrak :
Pelaksanaan sila dalam agama Buddha merupakan suatu kebijakan moral, etika atau tata tertib dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia sehingga mampu bertingkah laku secara baik dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Kebajikan moral dianggap sebagai suatu dasar yang membentuk semua hal-hal yang positif dalam kehidupan saat ini.Moralitas atau sila dalam agama Buddha dapat dikembangkan dengan berlatih melaksanakan Pancasila dan Pancadharma serta mengerti tentang Hiri (perasaan malu berbuat jahat) dan Ottapa (Perasaan takut akibat perbuatan jahat).
Kata Kunci : Moralitas, Sila dalam Buddhis, Lima tindakan aktif (Pancadharma).
Latar Belakang
Pada era globalisasi ini banyak sekali kasus-kasus yang menyangkut tentang kemerosotan moral di dunia. Di Indonesia banyak kasus tindak kriminal yang melanggar norma agama serta peraturan pemerintah. Banyak halnya seperti pembunuhan, pencurian, seks bebas, narkoba, penipuan, kekerasan anak, tawuran, perjudian, dan banyak lainnya yang mengutamakan tindakan pada merosotnya moral bangsa. Kurangnya pendidikan serta pengetahuan yang luas mengenai baik buruknya tindakan yang dilakukan serta dampak yang akan diterima menyebabkan banyak tindakan yang salah banyak dilakukan.
Berbagai persoalan dan kerusakan yang ada saat ini sesungguhnya disebabkan oleh kondisi moral dan etika masyarakat yang sudah mengalami kemerosotan. Kerapuhan moral dan etika bangsa ini makin terlihat jelas, persoalan demi persoalan bangsa semakin hari bukan semakin hilang, tapi justru semakin meningkat tajam. Mulai dari kasus kekerasan antar kelompok, ketidakadilan sosial dan hukum, hingga budaya korupsi penguasa yang makin merajalela. Pengaruh budaya luar, kurangnya keyakinan terhadap ajaran agama, serta kurannya penerapan pendidikan karakter di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Untuk memperbaiki moral dan etika anak bangsa perlu ditekankan lagi pada pendidikan dan pengamalan nilai-nilai agama di dalam kehidupan sehari-hari. Nilai moral dalam arti untuk mengembangkan perbuatan menuju ke arah positif, lebih memiliki landasan untuk bertindak, memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama, mentalitas yang baik serta dapat membawa pada kemajuan sikap yang baik.
Moralitas
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak budi pekerti, dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin dan sebagainya. KBBI  menyebutkan “moral” adalah : (1) Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum  mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, susila, (2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati, atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan, (3) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Moralitas dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.
Moralitas adalah suatu ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya moral diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif.
Moralitas dalam Buddhis
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Ajaran Buddha moralitas dapat diartikan sebagai sila, petunjuk latihan moral membentuk perilaku yang baik. Dalam agama Buddha, moral dan etika sangat dititikberatkan, dan penegakkan moral merupakan perwujudan dari kebutuhan pengembangan diri dari manusia yang selalu berproses. Buddha menekankan untuk menegakan moral atau menjalankan sila, hidup bersusila “Saya tak akan menaruh kayu, Brahmana, untuk umpan api di altar. Hanya didalam diri, api saya nyalakan. Dengan api yang tidk putus-putus membakar ini, dan dengan diri yang selalu dikendalikan, saya jalani kehidupan mulia dan luhur. “ (Samyuttta Nikaya, 2320).
Sila atau moralitas dalam agama Buddha juga terkandung didalam beruas delapan untuk menghentikan dukka, disamping meditasi (samadhi) dan panna, (kebijaksanaan), yaitu : ucapan benar (sammavacca), perbuatan benar (samma kammanta), dan mata pencaharian benar (sama Ajiva). Moralitas atau sila dalam agama Buddha adalah sebuah tatanan aturan yang menjadi dasar tingkah laku baik secara jasmani atau ucapan, kebajikan kehendak atau niat seseorang menghindari membunuh makhluk hidup dann seterusnya, atau seseorang yang memenuhi kewajibannya. Sesungguhnya, kebajikan adalah kehendak yang timbul dalam diri seseorang yang menjalankan lima sila. Tuntutan lima sila dalam agama Buddha adalah :
1.      Aku berjanji untuk menghindari pembunuhan.
2.      Aku berjanji untuk menghindari pencurian.
3.      Aku berjanji untuk menghindari perbuatan asusila.
4.      Aku berjanji untuk menghindari omong kosong.
5.      Aku berjanji untuk menghindari makan dan minum minuman yang menimbulkan lemahnya kesadaran.
Sila merupakan tahap permulaan untuk memasuki kehidupan yang lebih baik, dan orang yang melaksanakannya akan memperoleh kebahagiaan duniawi dan surgawi. Buddha bersabda dalam Mahaparinibbana sutta di hadapan para perumah tangga Buddha mengemukakan manfaat dari melaksanakan sila : membuat orang bertambah kaya, mendatangkan nama baik, menimbulkan percaya diri dalam pergaulan dengan berbagai golongan, memberi ketenangan saat menghadapi kematian, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam surga (Dhp.II,86).
Landasan agama Buddha pada dasarnya bukan berupa perintah atau peraturan, melainkan pengertian yang mendalam tentang apa yang baik dan buruk terkait dengan sebab akibat. Moral dalam agama Buddha dikembangkan sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan, yang berpuncak pada pencapaian Nirwana, bebas dari kelahiran kembali. Memperoleh kebijaksanaan tertinggi pada waktu sekarang dan memperoleh intisari pelepasan/mencapai keadaan tidak terlahir lagi (Sikkhanisamsa Sutta).
Mengembangkan Moralitas dalam Perspektif Buddhis
Kebajikan moral dianggap sebagai suatu dasar yang membentuk semua hal-hal yang positif dalam kehidupan saat ini. Kedisiplinan lima moralitas dapat muncul dan menjadi kebiasaan hidup apabila manusia memiliki kualitas baik yang menjadikan pelindung dunia (dhammā sukkām lokam pālenti), yaitu perasaan malu terhadap tindakan mengesampingkan moralitas dan perasaan takut akibat mengesampingkan moralitas (hirī ca ottappañca) (A.i.51). Perasaan malu adalah papan sandaran (S.i.33). Jika kita dapat melihat kedalam diri, bahwa kita adalah manusia yang beragama, berbudaya, cerdas dan bermoral, maka akan muncul perasaan malu terhadap tindakan yang mengesampingkan moralitas. Demikian halnya dengan perasaan takut terhadap perbuatan salah melalui jasmani, ucapan dan pikiran yang tidak bermanfaat (M.ii.356). Perasaan takut ini dapat muncul apa bila kita mampu melihat kedalam diri, bahwa ada akibat dari setiap perbuatan. Memahami perasaan malu dan takut terhadap tindakan dan akibat mengesampingkan moralitas akan mampu menumbuh-kembangkan sifat religius di dalam diri, sehingga mampu melihat manfaat dan bahaya yang ada di dalamnya.
Ciri sila adalah ketertiban dan ketenangan. Fungsi dari sila adalah menghancurkan kelakuan yang salah dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah. Dalam agama Buddha tindakan aktif dari pelaksanaan pancasila adalah pancadharma yaitu :
1.      Meta Karuna, cinta kasih dan belas kasihan kepada semua mahkluk. Hal ini sebagai wujud tindakan aktif untuk menghindari pembunuhan,
2.      Sammaajiva, adalah mata  pencaharian benar, dimana dengan berdagang yang benar maka akan memperoleh hasil yang melimpah dan menghindari perbuatan mencuri karena sudah memiliki hasil melalui mata pencaharian benar yang dilakukan.
3.      Santuthi, adalah perasaan puas terhadap apa yang dimiliki. Ini sebagai wujud untuk menghindari perbuaatan asusila. Jika seseorang puas dengan pasangannya maka tidak akan melakukan perbuatan asusila.
4.      Sacca, adalah kejujuran. Dimana jujur merupakan tindakan baik untuk menghindari kebohongan.
5.      Satisampajana, yaitu perhatian dan kewaspadaan dalam hal makanan dan minuman. Jadi dengan memiliki satisampajana, seseorang dapat menghindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
Pengembangan moralitas dapat terlaksana jika didasari dengan pengetahuan, dan keyakinan terhadap nilai-nilai agama. “Orang yang dapat mengendalikan indrianya bagaikan seorang kusir yang dapat mengendalikan kudanya, yang telah dapat menghilangkan kesombongannya dan hanya dengan ulet dapat membersihkan batinnya dari noda-noda. Orang seperti ini dicintai oleh para dewa.” (Dhp 94).
Terhadap kehidupan bersusila, Sang Buddha menekankan agar kita hendaknya agar kita hendaknya dapat bersikap mandiri, sebagaimana yang diungkapkannya dengan istilah “Jadilah pulau bagi dirimu sendiri”. Moralitas atau hidup yang bersusila yang mandiri ini adalah dimana kita sendirilah yang dapat memutuskan secara kritis mana yang baik dan mana yang benar, yang dapat kita lakukan melalui kesadaran yang terdapat didalam diri kita.
“Kesadaran adalah jalan menuju kekekalan. Ketidaksadaran adalah jalan menuju kematian, mereka yang sadar tidak akan mati. Orang yang tidak sadar seolah-olah telah mati” (Dhp.21). “Diri sendirilah yang membuat diri jadi jahat. Diri sendirilah yang membuat diri jadi ternoda. Diri sendirilah yang membuat kejahatan terjadi. Namun diri menjadi suci dari noda”. (Dhp 165).
Kesimpulan
Pelaksanaan sila membantu orang untuk menanam lima kebaikan mulia yang berkaitan dengan masing-masing sila. Yang pertama adalah mengembangkan belas kasihan; yang kedua kedermawanan dan ketidakmelekatan; yang ketiga adalah rasa puas; yang keempat kebenaran, dan yang kelima adalah perhatian penuh dan kejernihan pikiran.
Setiap umat Buddha selayaknya melaksanakan kelima sila untuk dapat meningkatkan dirinya secara moral dan spiritual. Moralitas adalah langkah pertama dalam jalan menuju kebahagiaan abadi. Moralitas adalah pondasi spiritual yang mendasar. Tanpa landasan ini, takkan ada kemajuan manusia dan kemajuan spiritual. Setelah menegakkan fondasi moral, seseorang dapat melanjutkan untuk mengembangkan pikiran dan kebijaksanaannya.Moralitas dapat dikembangkan dengan melaksanakan Pancasila dan pancadharma akan membantu seseorang dalam mengembangkan moralitasnya, memiliki sikap dan perilaku yang lebih mulia dan terpandang, serta dapat membawa pada keuntungan diri sendiri dan berguna bagi orang lain. Praktek ini akan menuntunya dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat-tingkat perkembangan mental yang lebih tinggi, dan akhirnya menuju puncak dari semua pencapaian yaitu penerangan.

  
Daftar Pustaka
Wijaya-Mukti, Krisnanda. 2003.  Wacana Buddha Dharma. Jakarta:Yayasan Dharma Pembangunan bekerjasama dengan Ekayana Buddhist Centre.
Jotalankara, 2013. Ajaran-ajaran Dasar Buddhisme. Jakarta Barat : yayasan Prasada Jinarakhitta Buddhis Institute.
Wuryanto, Joko. 2003. Pengetahuan Dharma. Jakarta : CV Dewi Kayana Abadi
Majjima Nikaya (The Midle Leght Saying) Vol.II. Translated By Horner, I.B. 1989, Oxford: The Pali Text Society.





2 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html