MATEMATIKA
DAN BUDDHISME
Penemu
lambang bilangan nol tidak dapat diketehui lagi, namun penelitian sejarah
membuktikan bahwa bangsa india yang pertama kali mengembangkannya (Encyclopedia
Britannica). Penemu angka nol ini erat kaitannya dalam rangka menjelaskan
konsep mengenai “ketiadaan”. Ketiadaan merupakan suatu konsepsi yang sulit bagi
para pemikir di zaman kuno. Ketiadaan dilipatgandakan berapa kali saja tetap
merupakan ketiadaan.
Lambang
bilangan nol kemudian diambil alih dalam lambang bilangan Hindu Arab (keturunan
lambang bilangan India Kuno) yang merupakan nenek moyang bagi lambang bilangan
yang kita kenal sekarang ini. Hal yang menarik adalah bahwa ternyata bangsa
barat dapat dikatakan “terlambat” dalam mengenali lambang bilangan nol ini.
Bangsa
Barat baru mengenali lambang bilangan Hindu Arab (dan tentunya juga angka nol)
pada sekitar abad ke-12, dimana sebelumnya mereka menggunakan lambang bilangan
romawi yang tidak mempunyai angka nol. Salah seorang yang mempopulerkan
penggunaan lambang bilangan hindu Arab tersebut adalah Fibonacci (1170-1250),
yang juga terkenal dengan deretnya (Deret Fibonacci). Ia adalah seorang ahli
matematika Italia yang lahir dan wafat di pisa. Fibonacci, dalam bukunya
berjudul Liber Abaci, menggunakan kesembilan lambang bilangan Hindu Arab yakni:
1, 2,3,4,5,6, 7, 8, 9 bersama dengan 0. Namun penggunaanya belumlah begitu
meluas di kalangan para ahli matematika hingga abad ke-16 dan ke-17 dalam masa
Renaisans. Cardan (1500), seorang ahli matematika, menemukan bahwa memecahkan
peramaan kubik (pangkat tiga) dan kuadrat menjadi lebih mudah dengan melibatkan
bilangan nol yang kemudian makin populer pada sekitar tahun 1600-an.
Penggunaan
lambang bilangan baru tersebut telah mempercepat kemajuan sains di Eropa. Kita
tidak dapat membayangkan seandainya konstanta Planck haru ditulis dengan angka
romawi, atau menuliskan jarak antara galaksi dengan lambang bilangan yang sama.
Elain itu, angka Romawi memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat digunakan
untuk menuliskan angka-angka yang luar biasa besarnya. Kita ambil contoh
1.000.000.000.000.000.000.000.000 atau suatu angka yang mengandung 24 angka nol
yang tidak dapat dituliskan dengan lambang bilangan Romawi.
Bahkan
angka yang relatif kecil saja sudah sulit ditulis dalam angka Romawi. Sebagai
contoh, 1998 ditulis dengan MCMXCVIII;2000 dengan MM. Bisakah anda menghitung
angka dengan menggunakan simbol angka Romawi ini?
Sistem
lambang bilangan Hindu Arab juga berkaitan
dengan sistem penulisan desimal yang kita kenal sekarang yaitu dengan menggunakan sistem tempat dalam
menuliskan lambang bilangan sebagai contoh kita ambil angka 4.256. Angka enam
yang pertama dari belakang disebut satuan karena hanya mewakili 6 sebagai suatu
kesatuan. Angka lima pada tempat kedua dari belakang disebut puluhan, karena
mewakili 5 kali 10. Angka berikutnya disebut ratusan, karena mewakili 2 kali
100, dan angka empat yang paling depan disebut ribuan karena mewakili 4 dikali
1000. Dengan demikian 4.256 berarti 6 ditambah 50 ditambah 200 ditambah 4000.
Sungguh suatu bentuk penulisan yang praktis.
Lambang
bilangan Hindu Arab dapat pula digunakan untuk menuliskan angka hingga mencapai
ketakterhinggaan. Salah satu contoh praktis adalah dengan cara menambahkan satu
angka nol dibelakang sebuah angka lainnya sehingga jumlahnya akan secara
otomatis bertambah sepuluhy kali lipat (10 ditambah satu angka nol menjadi 100,
ditambah satu angka nol lagi menjadi 1000 dan demikian seterusnya hingga tak
terbatas). Inilah keunggulan lambang bilangan Hindu Arab dibandingkan dengan
lambang bilangan Romawi.
menurut saya bagus, karena dengan artikel ini dapat mengulang kembali dan memberikan informasi serta pengetahuan tentang sejarah mengenai Sains Modern dan Buddhisme
BalasHapuspostingan mas muji bagus
BalasHapustambah gambar buat pendukung ...
BalasHapus